Kamis, 05 September 2013

Kepercayaanku Akan Dirimu

Aku sering berdebat dengan diri sendiri tentang sesuatu yang tidak seharusnya diperdebatkan. Aku sering bertanya dengan diri sendiri tentang seberapa besar dirimu layak untuk diperjuangkan. Disaat yang sama dirimu tak mau diperjuangkan. Seperti halnya petani-petani yang setiap musim panen bertolak ke pemantang untuk menuai padi. Sedang padi tersebut nantinya mereka jual dan ditukar dengan kebutuhan pokok lainnya. Sebentar, Mengapa mereka jual? Bukankah padi adalah kebutuhan pokok yang mereka makan juga? 
Salah, mereka memakan nasi bukan padi. Sudah jangan diperdebatkan.

Sedang apa kamu disana? Eh, aku baru saja mengkhayal. Ditengah aku menulis tulisan ini kamu tiba-tiba muncul membawakan kopi dari belakang kursi. Mengecup lengkuk leherku lalu menyuruhku berhenti sejenak dan makan dulu. Tak lupa lengkung senyum indahmu mengisi disela-sela kamu aduk perlahan cangkir kopi kemudian menyuruhku mencicipinya.
"Sayang, kok pahit? Kamu lupa memberinya gula?", tanya ku.
Tanpa jawaban tiba-tiba kamu menghilang. Khayalan yang aneh, tapi akhirnya aku sadar. Kamu mengajariku satu hal, untuk menghilangkan kepahitan tak segampang menaruh gula kedalam kopi.

Aku sudah terbiasa engkau abaikan, jangan berubah! Karena itulah aku selalu bersemangat memperjuangkanmu. Sama halnya dengan agama yang aku percaya. Tuhan sengaja tidak memberi tahuku apakah aku nantinya ditempatkan ditempat yang katanya tempat paling menyejukkan atau ditempatkan ditempat yang paling kering lagi menghauskan di Akhirat kelak. Kalau aku sudah tahu terlebih dahulu, untuk apa aku terus menyembahNya?

Memang kamu bukan agama, tapi karenamu aku percaya bahwa Tuhan mengutusmu didunia untukku sebagai perantara menuju tempat paling menyejukan 'didunia' yaitu teduh matamu. Didalamnya aku bisa sementara menghilangkan rasa haus. Bagai oase yang tiba-tiba kutemukan ditandusnya padang sahara, sedang aku sebingung-bingungnya musafir. Terus mencari dimanakah Tuhan akan mempertemukan kita.

Aku enggan memelukmu sebenarnya, karena kamu bukan agama. Tapi aku percaya, Tuhan memberiku kepercayaan untuk menjagamu. Hormati kepercayaanku akan mu, seperti aku menghormati kepercayaanmu akan dirinya.

Suwendi Lelaki
NP: Ditulis dalam keadaan lagi kepikiran mana duluaan yang dilahirkan 'didunia', telur atau ayam?
Ternyata jawabannya tidak ada, soalnya ayam gak melahirkan tapi bertelur.
Sudah! Tolonglah... Jangan berdebat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar