Hai apa kabar
kamu disana? Masih betah bersembunyi? Padahal saya sudah bosan mencarimu loh.
Sudah lama saya akhiri permainan petak kumpet dari tahun kemarin. Sekarang kau
bebas untuk menampakkan diri, bagai pelangi yang secara natural muncul pasca
hujan lebat disore hari kemarin lusa. Bahkan saya sudah banyak meneguk kopi
kekalahan. Menantikan hari dimana rasa dendam hilang tiap teguknya. Nyaris ku
gigit bibir cangkir itu. Seraya menggerutu menerima takdir tak bisa menggigit
gemas bibirmu (lagi).
Harus saya akui
jujur disini, saya terima kekalahan perang dingin itu. Merelakan harta
dirampas. Maklum kamu semacam harta rampasan perang. Baginya kau begitu
spesial, bagai lempengan emas yang dulu menghiasi pakaian perangku. Tapi bagiku
kamu biasa saja, tidak jauh halnya dengan lempengan kuningan. Banyak menipu.
Silahkan umbar,
saya sih berdoa aja supaya jalan lurus menyertai. Untuk saya, masih banyak kan
lahan kosong yang ingin didiami hatinya? Yang mau mewarnai jiwaku? Saya sih
yakin. Iya yakin seyakin yakinnya!
Maaf sedikit
vulgar, ini sekalian biar kamu tau. Saya sih senang keluar dari semacam penjara
batin yang dulu sempet mengurung. Sedikit terbatas ruang gerak, hanya waktu
makan saja yang bisa buat lupa. Toh selera makan saya makin lahap sekarang setelah
keluar. BEBAS! fufufu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar