Jumat, 11 Januari 2013

Aku pulang, dengan PR yang menumpuk




Kadang aku iri dengan anak-anak yang berlarian pulang sekolah, bercengkrama dengan teman-temannya menuju rumah tanpa takut ditanyai nilai ulangan oleh ibunya. Terkadang aku juga takut menuju rumah, kembali dari petualangan mencari kebahagiaan.

Tapi terkadang apa yang kucari selama ini diluar sana ada didalam rumah. Kita bisa saja menyeduh kopi itu sendiri dirumah. Duduk ditemani hujan, lalu merayakannya. Itulah, terkadang kita ingin mencari suasananya. Bukan hanya sekedar duduk termenung menyendiri mengingat masa lalu yang mencolek ingin disapa.


Mendadak kopiku menjadi pahit. Mengingat pahatan yang gagal, rajutan mimpi yang selama ini disulam berakhir kelam. Ah saya ingin sekali membakarnya.

Ya, suasananya. Tak jarang ditengah malam yang dingin sengaja ku keluar rumah mencari keramaian untuk sekedar meneguk kopi. Suasana yang sedikit berisik membuat ingat sedikit tertinggal, habis bersama nada nada dari lagu cinta yang menjadi backsound malam ini.

Angin malam ini cukup kencang, sederas ingatan dikepala. Ah sial masa lalu ingin disapa. Aku ingin sekali menjadi anak anak kembali yang mungkin sekarang sudah terlelap menantikan pagi, melanjutkan aktivitas sekolahnya.

Mereka tidak memikirkan seragam yang belum disetrika ibunya, tak memikirkan sepatu sepatu yang belum dikaitkan talinya dan juga PR nya yang belum dikerjakan. Kadang aku juga iri dengan mereka, merebutkan bola ditengah hujan tanpa peduli besok mereka sakit. Begitu mudah menjalankan kehidupan.

Banyak sekali PR-PR dalam hidup ini yang belum kuselesaikan. Salahku yang tak memerhatikan Tuhan yang menerangkan jalan penyelesaiaannya. Aku malah sibuk bercanda, hidup tidak harus serius sebenarnya. Tapi aku yang terlalu banyak bercanda barangkali. Semoga ibuku tidak kecewa melihat nilai ulanganku dibagikan oleh Tuhan di akhir semester semesta.

Malam sudah semakin pagi, angin pun mulai perlahan menghilang. Aku pulang, dengan PR yang menumpuk.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar