Kadang aku iri
dengan anak-anak yang berlarian pulang sekolah, bercengkrama dengan teman-temannya menuju rumah tanpa takut ditanyai nilai ulangan oleh ibunya. Terkadang
aku juga takut menuju rumah, kembali dari petualangan mencari kebahagiaan.
Tapi terkadang
apa yang kucari selama ini diluar sana ada didalam rumah. Kita bisa saja
menyeduh kopi itu sendiri dirumah. Duduk ditemani hujan, lalu merayakannya.
Itulah, terkadang kita ingin mencari suasananya. Bukan hanya sekedar duduk
termenung menyendiri mengingat masa lalu yang mencolek ingin disapa.
Mendadak kopiku
menjadi pahit. Mengingat pahatan yang gagal, rajutan mimpi yang selama ini
disulam berakhir kelam. Ah saya ingin sekali membakarnya.
Ya, suasananya.
Tak jarang ditengah malam yang dingin sengaja ku keluar rumah mencari keramaian
untuk sekedar meneguk kopi. Suasana yang sedikit berisik membuat ingat sedikit
tertinggal, habis bersama nada nada dari lagu cinta yang menjadi backsound
malam ini.
Angin malam ini
cukup kencang, sederas ingatan dikepala. Ah sial masa lalu ingin disapa. Aku
ingin sekali menjadi anak anak kembali yang mungkin sekarang sudah terlelap
menantikan pagi, melanjutkan aktivitas sekolahnya.
Mereka tidak
memikirkan seragam yang belum disetrika ibunya, tak memikirkan sepatu sepatu yang
belum dikaitkan talinya dan juga PR nya yang belum dikerjakan. Kadang aku juga
iri dengan mereka, merebutkan bola ditengah hujan tanpa peduli besok mereka
sakit. Begitu mudah menjalankan kehidupan.
Banyak sekali PR-PR dalam hidup ini yang belum kuselesaikan. Salahku yang tak memerhatikan Tuhan
yang menerangkan jalan penyelesaiaannya. Aku malah sibuk bercanda, hidup tidak
harus serius sebenarnya. Tapi aku yang terlalu banyak bercanda barangkali.
Semoga ibuku tidak kecewa melihat nilai ulanganku dibagikan oleh Tuhan di akhir
semester semesta.
Malam sudah
semakin pagi, angin pun mulai perlahan menghilang. Aku pulang, dengan PR yang
menumpuk.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar