Minggu, 17 Maret 2013

Pemberi Harapan Palsu vs Penikmat Harapan Palsu

“Saya lebih baik dilarang masuk mulai dari pagar daripada diperbolehkan masuk tapi harus menunggu lama diteras rumah. Aku menunggu cemas diteras sedangkan kau dikamar sibuk mengenangnya”.

Hey kamu yang disaat kita bersama selalu tak lepas dari namanya handphone, bahkan saat sedang makan. Cukup menyebalkan, tapi apa hak ku melarangmu. Mungkin kau pemain saham yang mana tiap menit harga dollar bisa saja naik, dan kamu tak mau kehilangan moment itu. Kalau demikian, pantas saja aku kerap mendapati balasan sms yang lama darimu.

Hah, terima kasih hari ini kamu sudah menyempatkan sedikit waktu sibukmu hanya untuk makan sore denganku, hujan menunda makan siang kita hehehe. Untung saja aku tidak pesimis duluan siang itu dan langsung makan karena merasa rencana kita gagal. Ternyata pengorbanan ku menahan lapar di waktu siang berbuah manis ya. Semanis senyum mu walaupun belum mandi. Tidak mandi saja kau secantik itu, bagaimana jika mandi? Ahh mungkin cantikmu luntur barangkali.

Tahu apa yang paling menyebalkan? Yang buat saya serasa menerima bogem mentah dari Chris John? Okey saya kasih tau. Kau sering menyebut kata ‘kamu’ disetiap twitmu. Ini pasti buat dia. Dia yang selama ini kamu harapkan? Asal kau tahu, sungguh aku ingin jadi ‘kamu’ disetiap twitmu. Yang selalu kau sanjung, kau harapkan, kau cintai!

Banyak orang bilang tulisan ku yang selalu memujimu adalah wajar. Orang yang sedang jatuh cinta apapun jadi indah dimatanya. Mereka ada benarnya, tapi bukan maksudku demikian sebenarnya. Liat kalimat diatas? Iya ada kalimat penyindiran sebenarnya hehhehe.

Whatever, tak pernah ada kata letih untuk memujimu. Karena selain itu aku bisa apa? Menjelek-jelekan mu? Saya tak seberani itu. Maaf disini saya subjektif karena saya sedang jatuh cinta. Siapa sih yang bisa menyangkalnya? Jatuh cinta itu alami, dan saya sedang mengalami nya

Oke saya mau nulis serius, ehem.. (Anggap dua paragraf sebelum ini tak pernah ada)

Kita sama-sama korban php, aku berharap padamu dan kamu berharap lebih padanya. Beda tipis walau miris. Mengapa kau tak melupakan nya? Mengapa kau harus mengorbankan perasaanmu hanya untuk orang yang tidak peka? Mengapa kau tak mulai mencari orang lain yang bisa membuatmu lebih baik? Mengapa? Mengapa?

Kamu menganggapku apa? Kakak? Ahh adikku sudah banyak, mengurusi mereka saja aku sudah kuwalahan. Apalagi ditambah kamu, bisa-bisa saya cepat darah tinggi dibuatnya. Please, buka sedikit saja pintu hatimu, biarkan ku bertamu. Kamu tak usah repot-repot menyuguhkan minum kok. Melihat senyummu seperti sore tadi saja dahagaku hilang. Seperti oase di gurun, hijau meneduhkan.

             Seperti kau mengetuk pintu, lalu pergi. Dan aku masih kebingungan. Iya seperti itulah aku mendeskripsikannya. Tiba-tiba kamu datang kehidupku lalu mau pergi begitu saja. Juga, aku tak ingin kau seperti kembang api dan dadaku adalah langit malam. Lalu dor! Tak tampak lagi.

Hei girl, look at me! Apa kau liat ada tanda main-main dimataku? Ini keseriusan. Boleh kita berkompromi sebentar, barangkali kita sama-sama tersesat, mari kita ceritakan tujuan masing-masing. Siapa tahu kita menemukan jalan kebahagian dengan cara kita berdua.

Gini ya, anggap saja masalalu mu adalah kentut yang tak kau sesalkan saat keluar yang baunya hanya sebentar lalu hilang. You know, semua orang punya masa lalu. Masalahnya maukah kau melupakan nya dan mulai berbagi peran dimasa depan bersamaku?
           
Saya hampir menyerah membujukmu, terserah. Aku sudah mempersilahkan kau masuk kedalam hidupku, tapi kau masih saja bermain-main dihalaman. Saat kau lelah kau boleh masuk sesukamu, jangan takut aku tak pernah mengunci pintu.



1 komentar: