Rabu, 13 Maret 2013

Dan Cerita pun Bermulai (Kembali)

“Kamu adalah luka masa lalu, belum mengering dan masih berbekas. Tapi tak kuperdulikan karena memang aku yang salah terlalu ngebut dalam berkendara--dan terjatuh. Begitulah ku mendeskripsikan dirimu. Dikeramaian subuh ku melihatmu lagi dan cerita pun bermulai (kembali).”

Dulu aku beranggapan hari tercantik bagi dirimu adalah saat kita ada disuatu tempat makan. Kau menikmatinya perlahan dan aku tergesa gesa menghabisinya. Ternyata anggapan ku salah, kau lebih cantik dari hari terakhir kita bertemu. Saat itu tanggal 27/09/2010 saat aku utarakan perasaan ku kepadamu. Dan kau menolaknya. Sejak saat itu aku belum bisa menerima keadaan dan menghilang dari kehidupanmu. Menyerah dan tak berkutik barangkali.

Ya, Anggapanku salah besar. Kau cantik, cantik sekali. Seperti ada lautan arti di balik senyum kecilmu, yang membuatku memikirkan lengkung bibirmu. Mengapa Tuhan begitu baik, padahal aku tak memakai parfume axe sebenarnya. Mengapa ada bidadari surga sampai bisa lolos? Mungkin dia bukan lupa diri, tapi lupa waktu kapan seharusnya kembali ke surga. Pemandangan langka dan aku mensyukurinya. Kok paragraf ini sedikit lebay ya. Bodo ah.

Kau adalah harapan, dan aku mengharap lebih. Sekarang? Masih berharap tapi tak berlebihan. Ingat keputusan pahit hari itu, lebih dari sekedar menyesakkan. Bahkan saat itu tak ada kopi yang manis walaupun sengaja kulebihkan gulanya. Tak ada pagi yang indah, karena sengaja ku bangun agak siang--mengharapkan cuaca cerah dimusim penghujan. Sulit.

Kau adalah pertanyaan, dan tak ada satupun orang yang mengetahui kunci jawabannya. Ternyata kau sengaja tak memberikan kisi-kisi nya kepada orang lain. Hebat. Dan aku mungkin adalah murid terbodohmu yang sudah sekali tak lulus ujian. Masih adakah kesempatan remedial untuk memperbaiki nilai ku dimatamu? Semua itu cuma untuk membuktikan aku tak sebodoh seperti apa yang dikatakan otak kepada hati. Dalam keadaan seperti ini mereka tak sependapat.

Ya, Aku tak menampik kalau sebenarnya otak ku berfikir ini tak realistis untukku--berharap lebih kepadamu. Tapi bolehkah aku memberikan kesempatan kepada hatiku untuk sekedar menyenangkannya, walaupun tidak kekal. Benih ketertarikan akan pribadimu terlanjur tertanam, dan bolehkah aku meminta tolong kepadamu untuk menyiramnya? Walaupun nantinya aku gagal panen (lagi), setidaknya ini hasil kerja kerasku dan juga kamu.

Kau adalah cuaca, dan aku tak membawa payung. Iklim hatimu tak bisa ditebak, bahkan oleh seorang peramal cuaca hati wanita sehebat Ashton Kutcher di film “Spread” (jika kau pernah menonton nya). Apa yang bisa kulakukan, hanya menduga-duga kapan kau akan menurunkan hujan. Karena disaat hujan lah ku menunda segala aktivitas hanya sekedar untuk menyapamu di fikiranku.

Aku ingin sejenak kau peluk aku di jeda aku menyusun kata demi kata yang melukiskanmu bagi hidupku ini. Kalimat sebelum ini adalah permintaan tak realistis ya sebenarnya. Mana kau mau terpaksa menunda mimpi indahmu hanya untuk sekedar memeluk lalu pergi lagi. Oh iya, aku menulis tulisan ini pada malam hari asal kau tahu. Sengaja ku pilih malam hari untuk menulis agar jika kau bertanya aku sedang apa, aku tak perlu berbohong.

Ah saya sudah mulai ngelantur, bingung sebenarnya menyudahi tulisan ini. Karena apa yang saya tulis tidak ada apa-apanya dibanding apa yang sebenarnya kufikirkan. Sebab membicarakanmu tak cukup segelas-dua gelas kopi. Butuh berteguk-teguk, setiap teguk punya kisahnya sendiri. Terimakasih sudah membuat kopiku terasa manis untuk sekarang ini. Semoga ku tak meneguk ampasnya. Terima kasih sudah memberi warna berbeda dalam hidupku.

Izinkan ku berharap padamu. Aku bukan tidak menyayangimu. Aku hanya tidak ingin mendewakan perasaanku sendiri. Sebab banyak pertanyaan dalam benakku yang hanya kau ketahui jawaban nya. Di awal tulisan ini aku berucap “dan cerita pun bermulai (kembali)”, sekarang aku memintamu untuk menentukan alur ceritanya dan jika bosan kau boleh hentikan sesukamu, sebab apa yang kau mau ku hanya bisa berkata “iya”.  

 Terimakasih sudah membuat kopiku terasa manis untuk sekarang ini
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar