Rabu, 03 Oktober 2012

Keretaku Tak Mampu Membawamu ke Tujuan



Malam hari di pusat kota sebelah timur, termenung dibawah lampu kuning. Ku masih termangu. Menanti keputusan dari mulutmu, mengharapkan keadilan. Tak banyak berkata kau hanya memberi isyarat, tanda perpisahan. Persis seperti kau menutup pintu, memadamkan lampu teras. Kau menyerah, dan tak mau lagi berjuang. Berjuang demi aku, kau dan kebahagiaan. Kuharap ini mimpi, sebelum akhirnya ku sadar semua ini nyata.


Dalam hati, dindingnya sudah menipis nyaris habis. Berjuta getir kau luapkan, membuat mataku terbelalak. Menguras habis air mata yang tak bersuara. Meronta ingin marah, tapi kepada siapa. Aku terlalu kebal untuk kau maki, seolah nasihat sucimu tak kutanggapi. Maaf saja kurasa tak cukup, ingin kubuktikan pernyesalanku namun kau tak memberi kesempatan lebih.

Saat memandang matamu untuk terakhir kalinya, disitulah saat-saat aku sangat menyayangimu. Belum pernah seteduh ini sebelumnya. Segera kau melengos buang muka menjauh. Dan tanganmu segera terlepas dengan sendirinya dari genggamanku. Tak kurelakan, tapi ku tak kuat menahan nya. Disinilah ku mulai tersadar, keretaku tak mampu membawamu ke tujuan. 

4 komentar: